Jumat, 25 Januari 2013
Kamis, 24 Januari 2013
Budidaya Buah Pisang
A. PENDAHULUAN
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Selain sebagai komoditi penunjang ketahanan pangan, pisang di Indonesia juga berpotensi sebagai komoditi agribisnis. Potensi ini tergambar pada paling tingginya total areal penanaman dan produksi pisang dibandingkan dengan buah lainnya di Indonesia, dan pisang menyumbang 50% total produksi buah nasional (Anonymous, 2002). Pada tahun 2001, areal penanaman pisang adalah 76.500 ha dengan total produksi sebesar 4.300.000 ton. Peluang pengembangan agribisnis komoditas pisang masih terbuka luas. Untuk keberhasilan usaha tani pisang, selain penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan perbaikan varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi, serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas.
B. KEANEKARAGAMAN PISANG
Pusat keragaman utama pisang terletak di daerah Malesia (Asia Tenggara, Papua dan Australia tropika). Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis panas dan lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.
[B.1] Teori mengenai keragaman genetik pisang budidaya
Beberapa pisang komersial Indonesia yang banyak dikenal sebagai pisang meja adalah :
a. Pisang Ambon Kuning (AAA),
b. Pisang Ambon Hijau (AAA),
c. Pisang Barangan (AAA),
d. Pisang Raja Sereh (AAB),
e. Pisang Mas (AA) dan
d. Pisang Berlin (AA),
Sedang sebagai pisang olah adalah :
a. Pisang Kepok (ABB),
b. Pisang Raja (AAB),
c. Pisang Uli/Jantan (AAB),
d. Pisang Candi (AAB) dan
e. Pisang Tanduk (AAB).
Pisang budidaya pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja (banana), sementara genom B ke arah buah pisang olah/masak (plantain).
Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana
ini dikenal sebagai M. ×paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa
sapientum pernah digunakan. Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang
karyanya diterbitkan pada tahun 1955, klasifikasi pisang budidaya sekarang
menggunakan nama-nama kombinasi genom ini sebagai nama kelompok budidaya
(cultivar group). Sebagai contoh, untuk pisang Cavendish, disebut sebagai Musa
(AAA group Dessert subgroup) 'Cavendish'. Di bawah kelompok masih dimungkinkan
pembagian dalam anak-kelompok (subgroup). Lihat pula artikel Musa untuk
pembahasan lebih mendalam.
[B.2] Contoh-contoh
a. Kelompok AA (diploid) : pisang seribu, pisang lilin, pisang mas
b. Kelompok AAA (triploid, partenokarp) : pisang susu, bananito, jenis-jenis pisang ambon/embun (seperti 'Ambon Putih', 'Ambon Hijau', 'Gros Michel' dan 'Cavendish'), pisang barangan
Kelompok AAB (triploid, partenokarp) : jenis-jenis pisang raja, true plantain seperti kultivar 'Silk' dari c. Amerika Selatan, pisang tanduk
d. Kelompok ABB (triploid, partenokarp): pisang kepok, pisang siam
e. Kelompok AAAB (tetraploid, partenokarp):
f. Kelompok BB (diploid) :
g. Kelompok BBB :
h. Kelompok AABB :
a. Kelompok AA (diploid) : pisang seribu, pisang lilin, pisang mas
b. Kelompok AAA (triploid, partenokarp) : pisang susu, bananito, jenis-jenis pisang ambon/embun (seperti 'Ambon Putih', 'Ambon Hijau', 'Gros Michel' dan 'Cavendish'), pisang barangan
Kelompok AAB (triploid, partenokarp) : jenis-jenis pisang raja, true plantain seperti kultivar 'Silk' dari c. Amerika Selatan, pisang tanduk
d. Kelompok ABB (triploid, partenokarp): pisang kepok, pisang siam
e. Kelompok AAAB (tetraploid, partenokarp):
f. Kelompok BB (diploid) :
g. Kelompok BBB :
h. Kelompok AABB :
C. KANDUNGAN GIZI PISANG
[C.1] Energi
Nilai energi pisang sekitar 136
kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat.
Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan
berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat pisang
menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan
sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu,
banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan
energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan
gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih
rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan
energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau
berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak
kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.
Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.
Glukosa darah
terutama didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah
alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda,
pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas
biologis. Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan
sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian,
kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3
persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam
jumlah banyak.
[C.2] Mineral
Pisang kaya mineral
seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila dibandingkan dengan
jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir seluruhnya (100
persen) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang
mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang
hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.
Kandungan vitaminnya
sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100
gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung
vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin). Kandungan
vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain
berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6
berperan dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin
diyakini berperan aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak.
Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.
Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.
D. MANFAAT PISANG
Buahnya merupakan
produk utama pisang. Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak,
atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung,
kripik, ‘puree’, bir (Afrika), cuka, atau didehidrasi. Daun pisang digunakan
untuk menggosok lantai, sebagai alas ‘kastrol’ tempat membuat nasi ‘liwet’, dan
sebagai pembungkus berbagai makanan. Serat untuk membuat kain dapat diperoleh
dari batang semunya. Bagian-bagian vegetatif beserta buah-buah yang tidak
termanfaatkan digunakan sebagai pakan ternak; bagian-bagian vegetatif itu
khusus dimanfaatkan jika pakan ternak dan air sulit diperoleh (batang semu itu
banyak mengandung air).
Tanaman pisang (atau daun dan buahnya) juga memegang peranan dalam upacara-upacara adat, misalnya di Indonesia, untuk upacara pernikahan, ketika mendirikan rumah, dan upacara keagamaan setempat. Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai obat sakit dada dan sebagai tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang keluar dari pangkal batang yang ditusuk digunakan untuk disuntikkan ke dalam saluran kencing untuk mengobati penyakit raja singa, disentri, dan diare; air ini juga digunakan untuk menyetop rontoknya rambut dan merangsang pertumbuhan rambut.
Cairan yang keluar dari akar bersifat anti-demam dan memiliki daya pemulihan kembali. Dalam bentuk tepung, pisang digunakan dalam kasus anemia dan casa letih pada umumnya, serta untuk yang kekurangan gizi. Buah yang belum matang merupakan sebagian dari diet bagi orang yang menderita penyakit batuk darah (haemoptysis) dan kencing manis. Dalam keadaan kering, pisang bersifat antisariawan usus. Buah yang matang sempurna merupakan makanan mewah jika dimakan pagi-pagi sekali. Tepung yang dibuat dari pisang digunakan untuk gangguan pencernaan yang disertai perut kembung dan kelebihan asam.
E. TEHNIK BUDIDAYA
PISANG
[E.1] SYARAT TUMBUH
Tanaman pisang dapat tumbuh di
daerah tropis, baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian
tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk
pertumbuhan adalah 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C, dengan keasaman tanah (pH)
4,5-7,5. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pisang berkisar
antara 2000-2500 mm/tahun atau paling baik 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah
mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan, maka tanaman pisang
memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
[E.2] Iklim Yang cocok untuk tanaman pisang
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.
c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.
c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.
[E.3] Media Tanam
a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
[E.4] Ketinggian Tempat
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
F. TEKNOLOGI BUDIDAYA
[F.1] Pembibitan
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang bebas hama dan penyakit, serta sehat. Selain itu, jumlahnya harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk menyediakan bibit pisang, dapat memanfaatkan rumpun pisang yang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol, dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi pembibitan dengan kultur jaringan memerlukan biaya investasi awal yang besar, sehingga pembibitan secara sederhana dipandang masih layak untuk diterapkan.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang bebas hama dan penyakit, serta sehat. Selain itu, jumlahnya harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk menyediakan bibit pisang, dapat memanfaatkan rumpun pisang yang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol, dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi pembibitan dengan kultur jaringan memerlukan biaya investasi awal yang besar, sehingga pembibitan secara sederhana dipandang masih layak untuk diterapkan.
Ada tiga macam cara perbanyakan bibit pisang secara sederhana,
yaitu :
1. Perbanyakan dengan anakan
a. Bibit ini berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun. Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang (tinggi 41-100 cm), daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing. Anakan rebung (24-40 cm) kurang baik jika ditanam langsung, karena bonggolnya masih lunak dan belum berdaun, sehingga mudah mengalami kekeringan. Sedangkan anakan dewasa (tinggi > 100 cm) terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman lingkungan, karena telah memiliki daun sempurna.
b. Bibit anakan setelah dipisahkan harus langsung ditanam. Jika terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun. Apabila pada saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan memulai pertumbuhannya kembali, membentuk bonggol baru di atas bonggol yang lama.
c. Untuk menghindari kejadian tersebut, sebelum menanam, anakan dipotong 5 cm di atas leher bonggol dan cara menanamnya ditimbun 5 cm di bawah permukaan tanah.
2. Perbanyakan dari bit anakan/mini bit
Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Cara membuatnya adalah sebagai berikut :
a. Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis, sehingga kondisi bonggol masih utuh.
b. Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm di atas leher bonggol. Titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam ± 3 cm menggunakan pisau yang runcing dan bersih.
c. Rendam dalam air hangat dengan suhu 55°C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/liter air selama 15 menit, kemudian ditiriskan. Untuk menghindari serangan hama pada saat perendaman, dapat juga disertai pemberian insektisida sesuai dosis yang dianjurkan.
d. Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol disemai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas. Masing-masing bonggol diberi jarak 5 cm, kemudian ditimbun dengan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang setebal ± 5 cm. Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau sampai tumbuh tunasnya. Selama penimbunan, perlu dijaga kelembabannya dengan penyiraman setiap hari, terutama bila tidak ada hujan.
e. Bila tunas telah tumbuh dan telah mempunyai 1-2 lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila bonggol terlalu besar dapat dikurangi dengan menipiskan potongan di kiri dan kanan tunas.
f. Tunas hasil belahan (bit) disemai di polybag ukuran 20 cm x 30 cm, yang berisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (1:1), kemudian diletakkan di tempat teduh/naungan.
g. Setelah berumur 1 bulan, bibit dipindahkan ke tempat terbuka, dan siap ditanam di lapang setelah bibit berumur 2 bulan.
h. Perawatan yang utama adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali dengan menggunakan Urea 2 gr/liter air dengan cara dikocor.
3. Bonggol dari tanaman yang sudah dipanen
a. Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel.
b. Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55°C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/liter air selama 15 menit, kemudian ditiriskan.
c. Bibit setelah ditiriskan kemudian ditanam di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanah dan pupuk kandang 1:1. Setelah ditanam, benih diletakkan di tempat teduh/naungan selama 1 bulan, dan pada bulan kedua diletakkan di tempat terbuka.
d. Perawatan yang diperlukan adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dapat diberikan melalui pengocoran larutan pupuk Urea dengan konsentrasi 2 gr/liter air setiap 2 minggu.
e. Bibit ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.
[F.2] Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman, kemudian siapkan lubang tanam ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm, sekitar 2 minggu hingga 1 bulan sebelum tanam. Tanah lapisan atas dipisah dengan tanah lapisan bawah. Penutupan lubang tanam dilakukan dengan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih dahulu.
[F.3] Waktu Tanam
Menanam pisang sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan buah sudah siap dipanen pada saat masuk musim kemarau. Idealnya, untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap (setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan. Penanaman pertama menggunakan jarak tanam yang lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini bertujuan untuk dapat mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun ke-5, 9, 13, dan 17 yang memungkinkan masih adanya panen karena penanaman yang tidak serempak.
Menanam pisang sebaiknya pada awal musim hujan agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan masuk musim kemarau buah sudah siap dipanen. Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap (setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan. Penanaman pertama menggunakan jarak tanam lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini bertujuan untuk mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun ke 5, 9, 13, 17 yang memungkinkan masih adanya panen karena penanaman yang tidak serempak.
[F.4] Penanaman
Bila hujan telah turun dengan teratur, lakukan penanaman. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit mendapatkan udara yang sejuk dan tidak langsung mendapatkan cahaya matahari. Lubang tanam yang telah ditimbun, digali seluas gumpalan tanah yang menutup media bibit pisang. Buka polybag bagian bawah, setelah itu bagian samping secara hati-hati. Letakkan bibit pisang secara tegak lurus. Tutup lubang tanam dengan tanah galian dan tekan sedikit disamping tanah bekas polybag, selanjutnya siram bibit secukupnya.
Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis pisang Bas dan Barangan, jarak tanam yang digunakan adalah 2 m x 2 m. Untuk jenis pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Jenis pisang Kepok dan Tanduk menggunakan jarak tanam 3 m x 3 m atau 3 m x 3,5 m. Pemberian pupuk kandang pada lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.
[F.5] Pemupukan
Sebelum penanaman, lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 10 kg/lubang, dan dibiarkan selama 1-2 minggu. Pupuk kimia yang diberikan meliputi 350 kg Urea, 150 kg SP36, dan 150 kg KCl per hektar per tahun, atau 0,233kg Urea, 0,10 kg SP36, dan 0,10 kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang baru ditanam, pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu ¼ bagian saat tanam dan sisanya dibagi 2, yaitu pada umur 3 bulan dan 6 bulan. Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman, dan ditutup tanah. Sedangkan untuk tanaman berumur 1 tahun atau lebih, pupuk diberikan 2 kali, yaitu pada awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan.
[F.6] Pemberian Agensia Hayati Antagonis
Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium, tanaman pisang dapat diberi agensia hayati, seperti Trichoderma sp dan Gliocladium sp. Cara pengembangannya yaitu 250 g agensia hayati (misal : Gliokompos) dicampur dengan 25 kg pupuk kandang mentah, diaduk hingga merata. Dibiarkan selama 10-15 hari di udara terbuka, dan tiap hari diaduk agar udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk kandang. Untuk pengembangan selanjutnya, campuran yang telah dibuat dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2 minggu hingga 1 bulan di tempat teduh dalam keadaan lembab.
Pemberian di lapangan disesuaikan dengan dosis pupuk kandang, yaitu 10 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah bekas galian lubang. Pemberian selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan, dengan cara menaburkannya di sekitar tanaman, dengan dosis 0,5 kg/tanaman.
[F.7] Pemangkasan
Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan, dan melindungi buah dari goresan daun. Pada saat pembungaan, setidaknya ada 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan, sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan daun lagi. Daun bekas pemangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan dibakar. Selanjutnya alat pemangkas disterilkan dengan desinfektan, misalnya menggunakan Bayclean atau alkohol.
[F.8] Penyiangan
Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan. Setelah berumur 5 bulan, pengendalian dapat dikurangi karena kanopi tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma. Pada saat tersebut, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 2-3 bulan. Pada daerah yang pernah terserang penyakit layu, penyiangan dianjurkan menggunakan herbisida dan tidak dianjurkan menggunakan cangkul atau kored, untuk mencegah penularan penyakit karena kontak dengan alat.
[F.9] Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam, dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan), dilakukan rutin setiap 6-8 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat yang terbuka dan yang terletak diseberangnya.
[F.10] Perawatan Tandan
Perawatan tandan dilakukan dengan membersihkan daun di sekitar tandan, terutama daun yang sudah kering. Selain itu, membuang buah pisang yang tidak sempurna, yang biasanya pada 1-2 sisir terakhir, dan diikuti dengan pemotongan bunga jantan, agar buah yang berada di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Buah juga perlu dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus, tandan yang mempunyai masa pembuahan yang sama dapat diberi tanda (misalnya dengan tali rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu panen yang tepat, sehingga umur dan ukuran buah dapat seragam.
G. HAMA DAN PENYAKIT PISANG
Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya adalah penyakit layu (layu fusarium dan layu bakteri), bercak daun (Black dan Yellow Sigatoka, penyakit yang disebabkan virus terutama virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV). Sedangkan hama yang banyak ditemukan adalah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar), Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema).
[G.1] PENYAKIT PISANG
Sigatoka kuning atau bercak daun merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya. Penyakit ini disebabkan oleh Mycosphaerella musicola (tahap konidiumnya disebut Cercospora musae) yang endemik untuk Asia Tenggara, dan hanya dijumpai pada pisang. Bercak daun ini menyebabkan kematian dini sejumlah besar daun pisang, menyebabkan tandan buah mengecil dengan sedikit sisiran, dan individu buah pisang yang kurang penuh.
Penyakit layu
Fusarium atau penyakit Panama disebabkan , oleh Fusarium oxysporum f. cubense.
Penyakit ini berupa jamur tanah yang meriyerang akar kultivar-kultivar pisang
yang rentan, dan menyumbat sistem pembuluh, sehingga tanaman akan layu.
Satu-satunya cara pemberantasan ialah penghancuran fisik atau kimiawi
(herbisida) pada tanaman yang terserang dan tetangga-tetangganya; lahan
hendaknya dikosongkan dan dipagari, serta dikucilkan dari penanaman dan aliran
pengairan.
Penyakit layu bakteri
atau penyakit Moko disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum, dan dapat membunuh
pohon pisang yang tersexang hanya dalam jangka waktu satu-dua minggu. Bakteri
ini dapat ditularkan secara mekanik, tetapi biovar 1-SFS adalah galur yang
ditularkan oleh serangga, dan dianggap sebagai galur yang paling berbahaya.
Pemberantasannya mencakup desinfeksi semua peralatan yang digunakan dalam
berbagai pengolahan pertanian dan penghancuran tanaman yang terserang, beserta
tetangga-tetangganya. Fumigasi dan pengkarantinaan lahan yang terserang sangat
dianjurkan. Penyakit ini umum,di belahan bumi barat; di Asia Tenggara hanya ada
di Filipina (Mindanao).
Penyakit-penyakit
virus mencakup penyakit pucuk menjurai (bunchy top), mosaik, dan mosaik
braktea.
Penyakit pucuk menjurai dan penyakit mosaik ditularkan oleh afid [afid pisang, (Pentalonia nigronervosa), menyebabkan pucuk pisang menjurai; afid jagung (Rhopalosiphum maidis), dan afid kapas (Aphis gossypii), kesemuanya itu adalah vektor-vektor untuk penyakit mosaik]. Pernberantasan penyakit-penyakit ini mencakup tindakan karantina, pemeriksaan secara teratur dan penghancuran tanaman yang terserang, penggunaan bahan perbanyakan yang. bebas virus, pembuangan inang alternatifnya, dan pemberantasan vektor-vektornya.
Penyakit pucuk menjurai dan penyakit mosaik ditularkan oleh afid [afid pisang, (Pentalonia nigronervosa), menyebabkan pucuk pisang menjurai; afid jagung (Rhopalosiphum maidis), dan afid kapas (Aphis gossypii), kesemuanya itu adalah vektor-vektor untuk penyakit mosaik]. Pernberantasan penyakit-penyakit ini mencakup tindakan karantina, pemeriksaan secara teratur dan penghancuran tanaman yang terserang, penggunaan bahan perbanyakan yang. bebas virus, pembuangan inang alternatifnya, dan pemberantasan vektor-vektornya.
[G.2] HAMA PISANG
Serangga hama yang paling berbahaya adalah kumbang penggerek pisang (Cosmopolitis sordidus). Hama ini berasal dari Asia Tenggara, tetapi telah tersebar ke semua areal penanaman pisang. Yang paling merusak adalah Iarvanya: larva-larva itu menggerek bonggol dan menjadi pupa di lorong-lorong yang dibuatnya. Sebagian besar jaringan bonggol akan rusak, akibatnya akan menurunkan kemampuan pengambilan air dan hara, juga kemampuan tertancapnya tanaman. Serangga dewasanya meletakkan telur pada jaringan-jaringan bonggol atau di sekitarnya. Langkah pemberantasannya mencakup pencacahan bonggol dan batang semu agar pembusukan berlangsung lebih cepat, menjerat dan menangkap serangga-serangga dewasa, menggunakan bahan perbanyakan yang tidak terserang, merusak tempat berlindung dan tempat makan serangga dewasa dengan cara menjaga kebersihan lahan di sekitar tanaman, dan menggunakan insektisida.
Dua macam ‘thrips’
menyerang tanaman pisang. ‘Thrips’ bunga, “thrips florum, berukuran kecil,
dapat memasuki buah yang sedang berkembang ketika brakteanya masih ada.
Serangga ini bertelur di situ dan memakan buah-buah yang muda, menyebabkan buah
berkulit kasar dan kadang-kadang menjadi pecah-pecah. ‘Thrips’ merah karat
(Chaetanaphothrips signipennis) memakan bagian-bagian tempat perlekatan buah
pisang pada tandannya, menimbulkan warna kemerah-merahan. Pemberantasan hama
ini dilakukan dengan insektisida atau pembungkusan tandan; membantu koloni
semut berada di sekitar tempat itu juga dapat bermanfaat. Nematoda-pelubang
(Radopholus similis) adalah jenis nematoda yang paling merusak. Bercak-bercak
atau bintik bintik hitam pada akar menunjukkan adanya serangan yang kemudian
diikuti oleh infeksi jamur. Tanaman yang terserang hebat hanya tinggal berupa
batang berakar busuk, yang mudah roboh jika telah terbentuk tandan buah.
Langkah-langkah pemberantasannya mencakup pembuangan tanaman yang terserang.
H. PANEN dan PASCA PANEN
Pemotongan jantung pisang Setelah bunga terakhir pada jantung mekar yang ditandai dengan pertumbuhan buah yang kecil-kecil dan lambat, sisa jantung segera dipotong. Pemotongan jantung tersebut dapat meningkatkan produksi buah 2 - 5%.
Panen Pada
bulan-bulan panas buah pisang sudah bisa dipanen setelah 80 hari sejak
keluarnya jantung, dan pada bulan-bulan basah setelah 120 hari Ciri-ciri buah
pisang sudah bisa dipanen antara lain :
1. Kulit buah menjadi lebih cerah
2. Bentuk buah lebih membulat tidak bersiku Pada saat panen jangan sampai terjadi banyak luka pada kulit buah akibat benturan atau gesekan agar mutu dan penampakan buah tetap baik dan menarik.
1. Kulit buah menjadi lebih cerah
2. Bentuk buah lebih membulat tidak bersiku Pada saat panen jangan sampai terjadi banyak luka pada kulit buah akibat benturan atau gesekan agar mutu dan penampakan buah tetap baik dan menarik.
Panen Buah pisang
dipanen ketika masih mentah. Tingkat kematangan diperkirakan dari adanya
siku-siku pada individu buah; buah yang penampang melintangnya lebih bulat
berarti lebih matang. Sewaktu berat buah meningkat dengan cepat sejalan dengan
menghilangnya siku-siku pada buah, buah pisang juga menjadi lebih rentan
terhadap kerusakan selama pengangkutan, dan buah itu tidak dapat bertahan lama,
karenanya harus dipetik lebih awal. Untuk memanen pisang diperlukan 2 orang, si
pemanen dan si pengumpul. Si pengumpul menyandang bantalan bahu untuk menahan
jatuhnya tandan setelah si pemanen menusuk batang pisang dengan parang,
sehingga bagian atas pohon beserta tandannya merunduk.
Diperlukan satu galah
bambu untuk menopang tandan sampai menyentuh bantalan di bahu: Setelah tandan
itu merendah dengan cara begitu, si pemanen memotong gagang tandan dengan
menyisakan sebagian gagang yang masih berada pada tandan, yang digunakan
sebagai pegangan. Tandan-tandan itu kemudian diangkut dengan hati-hati ke
ruangan pengepakan melalui sistem kabel atau dengan gerobak yang ditarik oleh
traktor. Penanganan pasca panen Tandan yang telah dipanen kemudian dipotong
menurut sisiran, dan bekas-bekas bunga pada sisiran itu dibuangi, sisiran
dicuci, disortir, dan dipak dalarn kotak-kotak karton. Sebagai tambahan, buah
pisang itu diperlakukan dengan fungisida untuk menghindari busuknya sisiran
buah itu.
Daya simpan pisang
mentah berkisar antara 21-30 hari pada suhu 13-15° C. Kalsium karbida (CaC2)
atau larutan etefon dapat digunakan untuk mematangkan buah tua-mentah. Pada
perlakuan kalsium karbida, buah pisang dikenai bahan ini selama 24-36 jam dalam
sebuah wadah tertutup, sedangkan pada perlakuan etefon, pencelupan selama 5
menit sudah cukup efektif. Pada pengusahaan secara komersial besar-besaran
digunakan gas etilena. Pisang diperlakukan selama 24 jam dalam kamar tertutup
yang berisi etilena dan suhunya dipertahankan 14-18° C. Setiap 24 jam sekali
kamar dibuka untuk ventilasi sampai buah-buah pisang itu mencapai warna yang
disenangi konsumen.
I. Standar Mutu Pisang berdasarkan RSNI-2005
1. Utuh
2. Kenyal
3. Segar, tidak busuk atau rusak
4. Bersih, bebas dari benda-benda asing yang berpengaruh terhadap kaulitas buah
5. Bebas memar akibat tergores atau terbentur
6. Bebas dari hama dan/atau penyakit yang mempengaruhi penampilan umum buah
7. Bila dalam bentuk sisiran, tidak ada buah dempet dan harus bebas dari cendawan dan kering
8. Pistil (bekas putik bunga) sudah lepas
9. Bentuk buah sempurna sesuai dengan karakter jenis buah
10. Bebas dari kerusakan akibat temperature rendah
11. Bebas dari kerusakan akibat kelembaban
12. Bebas dari aroma dan rasa asing
1. Utuh
2. Kenyal
3. Segar, tidak busuk atau rusak
4. Bersih, bebas dari benda-benda asing yang berpengaruh terhadap kaulitas buah
5. Bebas memar akibat tergores atau terbentur
6. Bebas dari hama dan/atau penyakit yang mempengaruhi penampilan umum buah
7. Bila dalam bentuk sisiran, tidak ada buah dempet dan harus bebas dari cendawan dan kering
8. Pistil (bekas putik bunga) sudah lepas
9. Bentuk buah sempurna sesuai dengan karakter jenis buah
10. Bebas dari kerusakan akibat temperature rendah
11. Bebas dari kerusakan akibat kelembaban
12. Bebas dari aroma dan rasa asing
Salam
Oleh : Dwi Hartoyo,SP
Referensi :Oleh : Dwi Hartoyo,SP
http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Hortikultura/Budidaya-Pisang.html
http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/budidaya-pisang-mas/
http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/teknologi-budidaya-pisang-unggul.html
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-pisang.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang
http://regional.infogue.com/menuai_rezeki_dari_budidaya_pisang_
http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=256
http://agrobisnis.mitrasites.com/budidaya-pisang.html
http://www.agrilands.net/read/full/agriwacana/budidaya/2011/01/29/budidaya-pisang.html
http://www.sinartani.com/informasi-terkini/sorotan/668.html
http://www.docstoc.com/docs/24976185/Budidaya-Pisang-bagi-PETANI-MISKIN-DI-LAHAN-MARGINAL
http://foragri.blogsome.com/kebun-pisang-multi-varietas-dan-multi-kultur/
Rabu, 23 Januari 2013
Selasa, 22 Januari 2013
Budidaya Tanaman Pare / Paria Hibrida
A. PERSIAPAN
1. Persiapan lahan.
Pembuatan guludan :
Dilakukan dengan cara menggemburkan tanah dan di campur dengan kompos atau pupuk dasar lainya,setelah tercampur tanah di tumpuk memenjang membentuk bedengan/guludan dengan ukuran :
Tinggi : 40-50 cm
Lebar : 70-100 cm
Panjang : sesuai ukuran
Pembuatan lubang tanam :
Ada dua cara pembuatan lubang tanam, yaitu :
a) Lubang tanam sejajar.
Yaitu lubang tanam dibuat sejajar lurus tepat di tengah guludan,dan jarak lubang tanam 40-60 cm.
b) Lubang tanam dua jajar.
Lubang tanam di buat dua jajar di tiap-tiap pinggir guludan degan jarak lubang tanam sama seperti yang satu jajar(40-60cm).cara tanam seperti ini memungkinkan untuk pemasangan ajir seperti gawang(di jelaskan di bawah)
2. Persiapan benih
Gunakanlah selalu benih unggul berkualitas baik untuk memperoleh hasil maksimal. Benih terlebih dahulu dipecah dengan menggunakan potongan kuku pada kulit luarnya pada bagian pangkal benih agar benih lebih cepat berkecambah. Setelah itu benih direndam dalam larutan fungisida Saromil (0,5 g/l)selama 10 menit. Kemudian benih disebar merata pada kertas merang/handuk, kemudian setelah 2-3 hari benih akan keluar radikula.
B. PENANAMAN
Ada tiga cara penanaman yaitu :
Cara pertama :
Yaitu benih di masukan langsung ke lubang tanam dan ditutup abu jerami.
Cara ke dua :
Yaitu benih direndam terlebih dahulu dalam air bersih selama 10-12 jam, setelah di angkat kemudian bibit di peram (di bungkus dengan handuk basah) hingga mentik (keluar akar pertama), setelah mentik barulah bibit dimasukan ke lubang tanam dengan posisi akar di bawah dan di tutup abu jerami.
Cara ke tiga :
Yaitu setelah bibit direndam, di peram dan mentik (seperti cara ke dua) bibit tidak langsung di masukan ke lubang tanam melainkan di tanam terlebih dahulu didalam media pelastik ukuran 6×10 yang telah di isi tanah di campur kompos,setelah bibit tumbuh dan berdaun dua (usia 8-12 hari) barulah benih di pindahkan ke lubang tanam. Penanaman dilakukan pada umur 8-10 hss (hari setelah semai) dengan keluarnya 2 daun sempurna. Waktu penanaman pada saat sore hari karna untuk mencegah layunya bibit yang akan ditanam.
Catatan : cara ketiga lebih populer dikalangan petani karena lebih
aman dan menghasilkan tanaman yang seragam/serempak.
C. PERAWATAN
1. Penyiraman.
Dilakukan apabila kondisi tanah guludan kering, biasanya di lakukan pada pagi atau sore hari.
2. Penyulaman.
Adalah proses penggatian tanaman yang mati dengan tanaman baru, dilakukan secepat mungkin untuk menjaga keseregaman.
3 Penyiangan.
Adalah proses pembersihan guludan dari gulma/rumput pengganggu, terutama pada guludan yang tidak ditutup likat (sejenis pelastik penutup guludan).
4 Pemasangan ajir.
Ada dua cara pemasangan ajir untuk budidaya paria ini, yaitu :
a. Ajir dipasang sepeti biasa dengan cara ditancapkan di tiap pinggir guludan dan di ikat menggunakan tali pelastik.
b. Ajir dipasang seperti gawang dengan cara ditancapkan di tiap pinggir guludan, ajir yang sudah tertancap dipinggir guludan kemudian disatukan dengan ajir dari guludan lain mengunakan sebatang ajir lagi sebagai penghubungnya hingga menyerupai gawang.
c. Setelah penanaman dilakukkan pemeliharaan
tanaman dengan cara pemasangan para-para berupa lanjaran/bambu + net /jala dari
tamper plastik/nilon atau dengan para-para bambu + net saja. Pada saat tanaman
berumur 10-20 hst (hari setelah tanam) dilakukan pengikatan pada tanaman
setelah itu dilakukan pewiwilan terhadap tunas samping yang muncul diketiak
daun pada ruas 1 s/d 5.
5 Pemupukan
a. Pertama dilakukan pada umur 15-20 hari setelah tanam/pemindahan menggunakan NPK 16-16-16 dengan takaran 40-50 kg/Ha pemupukan dilakukan dengan cara di kucur.
b. Pemupukan kedua dilakukan 8-10 hari setelah pemupukan pertama, menggunakan NPK 16-16-16, dengan takaran 50-100 kg/Ha pemupukan dilakukun dengan cara di kucur
c. Pemupukan dilanjutkan setiap 8-10 hari dengan takaran sama seperti pemupukan ke dua, pemupukan dilakukan dengan cara di kucur atau bisa juga di tabur di sekitar lubang tanam.
d. Kemudian dilakukan pemupukan susulan, jarak pemupukan
10 cm dari tanaman dengan interval, pemupukan pada umur 15 hst dengan dosis NPK
5-10 g/tanaman, pada umur 35 hst NPK 5-10 g/tanaman. Pada umur 55 hst 5-10
g/tanaman. Pada fase vegetatif disemprot pupuk daun dengan kandungan N tinggi
(Mamigro super N). Pada fase generatif disemprot pupuk daun kandungan P tinggi/(Mamigro
NPK Spesial). Untuk memacu munculnya buah dapat menggunakan ZPT dengan bahan
aktif etilen Bigest.
6. Pengamatan hama penyakit
Adalah proses pengamatan tanaman dari hama penyakit yang kemungkinan menyerang, proses ini dilakukan dengan rutin dan teliti, apabila ditemukan adanya serangan hama segera lakukanlah pengendalian.
7. Pengendalian hama penyakit
Adalah proses penumpasan hama yang menyerang tanaman, baik itu serangga/ulat, jamur, bakteri, maupun hama lain seperti tikus, penggendalian hama dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida, pengasapan, pengemposan dan sebaginya.
D. PEMENENAN
Pemanenan pertama bisa dilakukan pada umur 40-50 hari setelah tanam (tegantung varietas pare / paria yang di tanam), dan seterusnya panen dapat dilakukan setiap 2-4 hari sekali. Untuk ukuran buah yang di panen dan cara packingnya disesuaikan saja dengan permintaan pasar.
Demikian
sekilas tantang tatacara budidaya paria hibrida, mohon di tambahkan bila ada
kekurangan, semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)